Oleh : Annisa Restu Rofiana

 merokok adalah narkoba

 

Orang yang merokok selain membahayakan diri sendiri ternyata juga dapat membahayakan orang yang ada di sekitarnya. Saat ini perokok masih diterima di masyarakat, hal ini berbeda dengan para pecandu narkoba, ada hukum yang jelas untuk memidanakannya. Padahal perlu kita ketahui bahwa merokok sama saja dengan menghisap narkoba.

Dalam pengertian narkoba termuat tiga kelompok zat aktif yaitu Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Rokok masuk ke dalam kelompok zat adiktif. Menurut dr. Hakim dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (KNPT)  mengatakan bahwa karena rokok sangat adiktif, tingkat kecanduannya bahkan mengalahkan morfin, heroin, dan marijuana atau biasa kita kenal dengan ganja.

Di dalam rokok terdapat nikotin yaitu salah satu komponen dari rokok yang merupakan  zat psikotropika stimulan. Oleh karena itu rokok pun memiliki sifat – sifat utama layaknya narkoba lain yaitu habituasi, adiksi, dan toleransi. Habituasi adalah suatu perasaan rindu, terus menerus melintas di pikiran untuk menggunakan zat, sehingga seseorang akan terus berkeinginan menggunakan zat tersebut saat berkumpul dengan sesama pemakai. Sedangkan adiksi adalah dorongan kompulsif untuk menggunakan suatu zat disertai dengan tanda-tanda ketergantungan. Berdasarkan ilmu kedokteran ada 6 tingkatan zat adiksi (kecanduan), yaitu adiksi kopi yang merupakan adiksi paling ringan, adiksi marijuana atau ganja, adiksi alkohol, adiksi heroin, adiksi morfin, dan adiksi nikotin.

Ketergantungan atau kecanduan ini dapat berupa ketergantungan psikis (physiological dependence) maupun ketergantungan fisiologis (physiological dependence). Ketergantungan psikis merupakan kompulasi penggunaan zat untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Sedangkan ketergantungan fisiologis artinya proses perubahan fungsional tubuh sedemikian rupa dikarenakan paparan rutin terhadap zat. Toleransi merupakan salah satu contoh ketergantungan fisiologis, yaitu seiring bertambahnya waktu penggunaan maka pemakaian zat berikutnya diperlukan dosis yang lebih besar dari sebelumnya untuk mencapai efek kenikmatan yang sama. Toleransi inilah yang membuat para perokok untuk selalu menambah jumlah batang rokok yang dihisapnya dari waktu ke waktu.

Ada beberapa tahapan yang dialami seorang perokok hingga menjadi tahap ketergantungan. Tahap pertama adalah eksperimental atau coba-coba. Mereka mulai menghirup rokok untuk mencari ketenangan, energi lebih dan pelarian dari stress sehari-hari. Pada tahap ini seorang perokok merasa yakin masih dapat mengontrol kebiasaannya untuk merokok.

Pada tahap kedua, yaitu penggunaan rutin, perokok mulai dikendalikan oleh efek dahsyat nikotin. Pada tahap ini perokok akan menyangkal bahwa ia tidak dapat mengendalikan lagi kebiasaannya merokok, menyangkal bahwa kebiasaannya itu dapat menimbulkan berbagai penyakit fatal. Sebenarnya ia mengetahui bahaya-bahaya merokok, tetapi kenikmatan semu tersebut telah terlanjur menutupi kecemasan dan akal sehatnya. Dengan penyangkalan ini, maka tidak heran kampanye anti-rokok yang mengusung berbagai bahaya merokok bagi kesehatan diabaikan.

Tahapan ketiga adalah ketergantungan, di mana rokok sudah menjadi sahabat setia perokok setiap waktu, dan tanpanya, perokok akan mengeluh berbagai macam kesengsaraan dari mulut pahit hingga demam. Dan selanjutnya, ia pun akan merokok lagi, bukan sekedar mencari kenikmatan seperti tahapan awal melainkan untuk menghindarkan diri dari kesakitan withdrawal.

Banyak masyarakat yang menyangka bahwa adiksi atau ketergantungan rokok adalah adiksi yang paling ringan, tetapi justru nikotin adalah raja dari raja zat yang membuat candu. Oleh karena itu tidak heran apabila banyak perokok yang sangat berat untuk dapat berhenti merokok.

Setelah mengetahui bahwa merokok sama dengan menghisap narkoba, maka untuk menghentikannya perlu pendekatan yang mungkin lebih efektif yaitu dengan menekankan betapa penting untuk menghentikan merokok demi menyelamatkan orang – orang di sekitar kita dari bahaya sebagai perokok pasif. Selain itu upaya kampanye anti-rokok harus terus digalakkan dengan berbagai pendekatan lainnya.

Sumber :

BNN. 2013. “Rokok Gerbang Narkoba” http://www.bnn.go.id/read/artikel/10852/rokok-gerbang-narkoba (diakses pada 8 Juni 2018)

Maharani, Dian. 2017. “Rokok Jadi Pintu Gerbang Memakai Narkoba” https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/07/081000323/rokok.jadi.pintu.gerbang.memakai.narkoba (diakses 8 Juni 2018)

detikHealth. 2013. “Merokok = Menghisap Narkoba” https://health.detik.com/berita-detikhealth/2400884/merokok–menghisap-narkoba (diakses 8 Juni 2018)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *