Merokok adalah kegiatan yang masih dilakukan individu dalam segala usia mulai dari anak-anak hingga dewasa dan tidak menutup kemungkinan untuk mereka yang sebelumnya sudah merokok, kemudian merokok kembali, ataupun bagi mereka yang sebelumnya belum pernah mencoba merokok pun menjadi tertarik untuk mencobanya. Merokok ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan orang dewasa tetapi juga dari kalangan remaja. Tiga Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk Indonesia di usia 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan, berdasarkan survey yang dilakukan pada tahun 2007 sebesar 34,2% meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Dengan tidak adanya penurunan perokok dikalangan remaja ini membuat WHO membuat upaya untuk ikut mengurangi, salah satu upaya adalah mengganti rokok tembakau dengan rokok elektrik (Vape). (Hasna, Cahyo and Widagdo, 2017).

Popularitas rokok elektrik saat ini memang sedang melejit, hal ini ditunjang dengan ketersediaan variasi teknologi perangkat, model, ukuran, warna, kapasitas baterai dan lain-lain. WHO menyebutkan pada tahun 2014 saja sudah beredar 466 variasi merek vape dengan menghabiskan aset dana yang fantastis sebesar US$ 3 miliar. Tren ini nampaknya juga telah merambah ke Indonesia, peminat rokok elektronik semakin banyak. Ini terindikasi dengan menjamurnya penjualan produk ini, rokok elektronik dapat dengan mudah ditemukan dan dijual bebas terutama melalui penjualan online. (Studi et al., 2019).
Melihat popularitas rokok elektrik yang semakin meningkat, peneliti Lauren Dutra mengatakan bahwa dengan adanya rokok elektrik, justru semakin meningkatkan jumlah perokok terutama dikalangan remaja. Penelitian juga dilakukan pada tahun 2011 dan 2012 dengan mengamati 38.000 siswa menengah dengan menggunakan data dari National Youth Tobacco Survey yang dilakukan US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan adanya peningkatan jumlah perokok pemula pada rokok elektrik. Pada tahun 2011 sebesar 3,1% remaja menghisap rokok elektrik minimal sekali dan 1,7% diantaranya didapati masih menghisap rokok tembakau. Pada tahun 2012 persentase remaja pengguna rokok elektrik mengalami kenaikkan yang cukup drastis, yaitu sebesar 6,5% dengan rincian 4,1% hanya menggunakan rokok elektrik dan 2,6% menggunakan rokok elektrik dengan rokok tembakau sedangkan 2% diataranya masih merokok tembakau hingga sekarang. (Hasna, Cahyo and Widagdo, 2017)
(Hasna, Cahyo and Widagdo, 2017) mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi remaja untuk menggunakan vape. Beberapa faktor tersebut antara lain :
- Pengetahuan : Minimnya pengetahuan mengenai bahaya vape dapat memicu para remaja untuk menggunakan vape
- Sikap : Ketidakbijaksanaan dalam meentukan pergaulan dapat memengaruhi seorang remaja juga untuk ikut menggunakan vape
- Ketersediaan vape : Semakin marak para penjual vape di dunia modern ini terus mendukung para remaja untuk menggunakan vape
- Keterjangkauan vape : Vape terbilang cukup murah yang dapat dijangkau oleh rata – rata kalangan remaja
- Uang saku remaja : Perbandingan uang saku dengan harga vape terbilang banyak. Yang mana lebih banyak uang saku daripada harga vape pada rata – rata remaja
- Dukungan teman : Tidak sedikit remaja yang menggunakan vape sehingga pergaulan dan ajakan teman tentunya dapat mendukung seorang remaja menggunakan vape
- Dukungan keluarga : Selain teman, dalam lingkung keluarga pun juga rata – rata sudah menggunakan vape yang tentunya juga dapat mendukung seorang remaja menggunakan vape
Sebenarnya vape sendiri juga memiliki dampak negatif apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jumlah yang banyak. Dampak yang paling terlihat adalah kecanduan. Hal ini disebabkan karena adanya nikotin pada kandungan vape. Nikotin ini tidak hanya menimbulkan kecanduan tetapi diketahui dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah, serta peningkatan tekanan darah. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak buruk pada jantung. Keamanan kandungan selain nikotin, seperti propilen glikol, gliserin, dan diacetyl juga sangat perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan iritasi saluran paru-paru bahkan hingga kanker. Risiko lain yang muncul dari penggunaan vape ini adalah terbakar dan meledak. Memang jika dibandingkan dengan rokok tembakau konvensional, rokok elektrik tidak lebih berbahaya. Namun, para ahli sepakat bahwa saat ini masih perlu penelitian berlanjut untuk mengkaji dan memantau dampak rokok elektrik pada Kesehatan. (Nareza, 2021).
Oleh : Farah Nur Amalia
Daftar Referensi
Hasna, F., Cahyo, K. and Widagdo, L. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Rokok Elektrik Pada Perokok Pemuladi Sma Kota Bekasi’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 5(3), pp. 548–557.
Nareza, dr. M. (2021) No Title, ALODOKTER. Available at: https://www.alodokter.com/apakah-rokok-elektrik-aman.
Studi, P. et al. (2019) ‘Finkki Dahliani Dewi Andesline -Fitk’.